Cinta Dalam Diam



Cinta Dalam Diam
       
          Pagi yang cerah, tetesan embun yang turun membasahi pepohonan, serta pancaran sinar matahari perlahan mulai menerobos jendela kamarnya. Bergegaslah Fadel terbangun dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Seperti biasa Fadel menjalani aktivitas seperti biasa yaitu sekolah

‘‘tok,tok,tok,Nak!Sarapan dulu!”suara perempuan terdengar dari luar kamar, ya itu Sakina ibu Fadel. “Iya Bu!!!”sebentar lagi”. Sahut Fadel sembari menyiapkan buku-buku pelajaran hari ini. Fadel pun langsung bergegas ke luar kamar menuju meja makan. Di meja makan sudah tersedia makanan yang sedari tadi sudah disiapkan Ibu Sakina untuk Fadel. Fadel anak semata wayang ibu Sakina yang ia sayangi. Hanya Fadel harta satu-satunya, sudah sejak kecil Fadel hanya tinggal bersama ibu Sakina. Maher ayah Fadel sudah tiada sejak Fadel masih berumur dua tahun karena sakit.

“Bu, berangkat sekolah dulu ya”Fadel berpamitan pada ibunya sembari mencium tangan Sakina.                                                                            
 “Iya hati-hati Nak!!”sahut  ibu Sakina sembari mengelus-ngelus kepala Fadel. Lalu bergegaslah Fadel melaju dengan motornya menuju sekolah.
Fadel sekarang sedang duduk di bangku SMA kelas 12 di salah satu SMA Favorit di Jakarta.
 “ Aduh jam pertama FISIKA, gue dari dulu gak pernah suka pelajaran ini,” piker Fadel dalam hatinya.
 Ya FISIKA dengan sederet rumus njlimetnya membuat Fadel frustasi. Sesampanya di kelas, bangku-bangku mulai penuh dan suara ricuh teman sekelas terdengan. Fadel langsung munuju bangkunya di pojok paling belakang. 
       Sembari duduk melamun menunggu bel berbunyi, membayangkan Dhea gadis yang sejak lama dikaguminya, namun Fadel tak berani menyatakan cintanya, wajahnya terus terbayang, senyumnya sungguh membuat siapa saja yang memandang terkagum-kagum. Dhe memang gadis yang cukup popular di sekolahnya. Dhea ini teman sekelas Fadel, diam-diam Fadel selalu curi-curi pandang kepadanya.
Fahri teman sebangku Fadel datang,
 “ Brukk,.,hoe ..broo,” suara meja dipukul membuyarkan lamunannya.                                                          
 “Ngapain broo ngelamun aja, mikirin siapa lo?”                                      
 “Eh…lo Ri, ngagetin gue aja!” Sembari menatap wajah Fahri dengan kesal.          
Tak lama kemudian bel masuk berbunyi . Dan kelas pun dimulai, karena waktu itu pelajaran yang tak disukainya Fadel pun malas-malasan dan ditinggal tidur. Waktu istirahat pun tiba, semua berhamburan ke luar kelas .
“ ke kantin yuk?” ucap Fahri menepuk bahu Fadel.                                                               
 “Ok, ayo ke kntin, traktir gue ya?” sahut Fadel dengan tersenyum.                        
 Fahri pun membalas, “Enak aja emang gue emak lo?Kemaren kan udah pernah gue traktir, sekarang gentian lo traktir gue dong?”                               “Aduh Ri uang jajan dari ibu nipis nih! Ya sudah beli sendiri-sendiri saja?” ucap Fadel memecahkan perdebatan.                                                                      “Ok, lah,.,” sahut Fahri dengan nada rendah.                                                                         
       Fahri merupakan sahabat Fadel, dari kelas 10 Fadel dan Fahri kenal sejak MOS dulu, namun baru satu kelas 11 mereka berada dalam satu kelas yang sama, dan selalu satu bangku.
Pagi ini ada PR Matematika, dan Fadel belum mengerjakannya, 
“ Apa gue pinjem Dhea aja ya? Ku harap dia mau” begitu pikir Fadel dalam hati.                       
 “Dhea aku boleh pinjem PR Matematika mu tidak?”                                              
 “ Oh iya bentar ya , aku ambilin di tas , Nihh !!” Dhea dengan senang hati meminjamkan bukunya pada Fadel.                                                                               
 “Makasih Dhe” bergegas Fadel melesat ke bangkunya dan mulai mengerjakan  PRnya sambil senyum-senyum sendiri.

       Sejak saat itu Fadel ingin menjalin pertemanan yang lebiih jauh. Malam harinya ditemani cahaya bulan, Fadel memberanikan diri untuk SMS Basa-basi kepada Dhea. Karena memang Fadel tidak pernah SMS-an dengan Dhea walaupun ia sekelas. Fadel mengambil HP-nya yang tergeletak di kasur  dan mulai menulis pesan.
“Hai, malam Dhea . Aku Fadel taman sekelasmu!” sebuah kata untuk mengawali sebuah percakapan
HP Dhea pun bergetar, dan langsung ia buka pesan dari Fadel.
 “ Tumben nih anak sms aku?” piker Dhea dalam hati .
“ iya Del, malam juga, tumben SMS aku”

Fadel berbaring di kasur menunggu balasan dari Dhea, Tak lama kemudian HP-nya bergetar, dan benar itu balasan dari Dhea . Sambil senyum-senyum menatap langit-langit kamarnya. SMS pun terus berlanjut sejak saat itu Fadel dan Dhea semakin dekat , setiap hari mereka selalu berkomunikasi. Mereka semakin akrab sudah seperti sepasang sahabat .   
Sore itu untuk pertama kalinya, Fadel mengajak Dhea pergi . jam 4 sore Fadel sudah sampai di depan rumah Dhea. 

   Sinar matahari berwarna jingga mulai muncul di ufuk barat. Mereka berdua duduk bersama , berdampingan (meski berjarak) terdengar suara kicau burung-burung gereja .
“Dhe, liat dehh mataharinya udah mulai terbenam, keren ya,.,?” kata Fadel sambil menunjuk kea rah matahari.                                                                     “ Iya bener banget Del , indah ya !!” ucap Dhea yang masih terpana melihat indahnya panorama sore itu.                                                                             “ Eh Del , aku boleh ngomong  sesuatu nggak?”                                                       
 “ Ngomong apa Dhe , nggak usah sungkan. Ngomong aja” sahut Fadel sambil menatap Dhea.                                                                                                                    “Kamu tau nggak , tadi waktu istirahat di sekolah, aku ditembak sama Dani. Itu anak  kelas sebelah, dia temen aku di tempat les” sontak Fadel kaget dan tidak tahu harus ngomong apa . Sejenak Fadel terdiam .                                    “ Terus kamu terima?” ucap Fadel dengan nada lirih.                                                                
 “Iya Del, aku terima. Aku seneng banget . soalnya udah dari awal waktu ketemu di tempat les aku udah ada rasa sama dia .” senyum sumringah  terpampang di wajah Dhea . Mendengar pengakuan Dhea, Fadel  benar-benar sakit hati . Namun ia masih menutupinya dari Dhe . Fadel akan bersikap sewajarnya saja.                                                                                       “Selamat ya ,,” dengan nada datar , dan rasa sesal dalam hati.                                       
 “ Makasihh Del , kamj emang sahabatku yang pling bias ngertiin aku , selalu dukung aku, selalu ada buat aku,makasi ya Del”
Tak terasa sang surya tlah tenggelam , malam pun tiba dan mereka bergegas pulang .            

      Sejak saat itu , Fadel sudah jarang pergi dengan Dhea lagi . Bahkan setiap kali Fadel melihat Dhea jalan sama Dani , Fadel hanya bisa menahan kekecewaan. Perasaan itu akan tetap tersimpan . Bagi Fadel, Dhea seperti jingga di kala senja yang indah , singgah sejenak dan berlalu begitu saja.
Babak baru pun dimulai, saat yang menggembirakan akhirnya tiba. Hari kelulusan telah tiba. Mereka pun berpisah, Dhea melanjutkan kuliah sastra di Yogyakarta, Dan Fadel melanjutkan Kuliah kedokteran di salah satu universitas di Surabaya, yang tersisadari semu kenangan ini hanyalah, selembar kertas bertuliskan puisi yang tertempel di dinding kamar Fadel .

Aku tak perlu memberitahumu                                                                                       
Yang di didalam diam menitip rasa padamu                                                        Dalam diam tersenyum melihatmu                                                                           
Dalam diam memendam rasa cemburu                                                                       
 Dalam diam menabung rindu                                                                                      
 Semoga kau bahagia , wahai cinta masa Putih Abu-abu

TAMAT

Komentar